Tanpa Siasat Kenakalan Sukarni, Indonesia Merdeka Bulan Depan

Refleksi HUT RI ke-79 di SMAU BP Amanatul Ummah


Sebagai kaum Z Era yang tumbuh berkembang bersama tenarnya Naruto -dari saya sekolah dasar, ia juga sekolah dasar, saya smp-sma, naruto pun juga demikian, bahkan Naruto rabi akupun juga ikut rabi- rasa-rasanya saya sedikit tidak ragu untuk mengamini bahwa aktor utama dalam setiap kisah kehidupan anime atau bahkan kehidupan nyata bakal dipelopori oleh para pemuda dengan predikat kenakalan. Ndak percaya?Coba saja sampean hatamkan anime Naruto dari episode dia bocah dengan kenakalan akut, hingga episode ke-500 saat ia telah menjadi Bapak Hokage Negeri Konoha. Dari semua episodenya, tidak ada se-episode-pun yang tidak terlepas dari kenakalan Uzumaki Naruto. Tetapi setidaknya, Naruto berhasil menggapai visi misi nya dari perjuangan yang berdarah-darah untuk menjadi Hokage dan menciptakan perdamaian.

 Kira-kiranya, begitu pula peristiwa nyata dalam terciptanya kemerdekaan Indonesia. Bukan dari unggah-ungguh sang Soekarno-Hatta saat-saat mereka ta’dzim menunggu konfirmasi Jendral Besar Jepang terkait keputusan kemerdekaan Indonesia, bukan pula sikap-sikap mulia Ahmad Soebardjo saat-saat ia setia mendampingi proklamator Indonesia, apalagi andap asornya Sayuti Melik yang selalu menjawab perintah dengan kata “enjeh” di setiap keadaan. Tetapi justru pemuda nakal, lugas, trengginas, tangkas bernama Sukarni yang menjadi sosok paling penting dalam lekasnya pembacaan proklamasi sebagai tanda bahwa negara Indonesia sudah merdeka! 

Loh loh loh, bagaimana bisa kemerdekaan dipercepat oleh pemuda nakal macam Sukarni? bukankah Soekarno-Hatta yang merumuskan itu semua? Buku sejarah pun mencatat demikian, bukan? Apa buku sejarah salah? Atau ditulis hanya untuk kepentingan beberapa golongan? Sampai-sampai saya kok tidak tahu menahu terkait hal itu!

Tenang dulu adinda, jangan naik pitam, buku sejarah tidak salah, hanya saja ada beberapa hal tersirat yang tidak tercantum di dalamnya. Dan kali ini akan saya bahas sejarahnya yang mungkin terpendam jauh di palung kontroversinya. Silahkan duduk, tarik nafas, dan bacalah dengan posisi pewe

Anda tahu Sukarni? Yap betul. Ia adalah pemuda yang menculik Soekarno-Hatta untuk dibawa ke daerah plosok pinggiran Kota Karawang yang familiar kita sebut Rengasdengklok. Ujar-ujar bahwa Soekarno-Hatta diculik untuk dilindungi dari konflik yang akan digelorakan para golongan muda, yang menuntut Soekarno untuk lekas memproklamirkan kemerdekaan, hanyalah bualan hoax yang tidak pernah terjadi. Tidak ada konflik, tidak ada kekacauan, apalagi demo besar-besaran.

Narasi “akan terjadi konflik besar-besaran” yang akan mencelakai Soekarno-Hatta, sengaja dibuat oleh Sukarni sebagai umpan untuk mensiasati taktik kemerdekaan setelah Golongan Muda tahu bahwa era Jepang sudah selesai pasca pengeboman oleh sekutu. Dan tiada sangka sekelas proklamator Soekarno memakan umpan yang Sukarni lempar dengan serampangan itu. Selanjutnya dibawalah Soekarno-Hatta ke tempat yang katanya aman (Rengasdengklok). Seolah Sukarni membantu melindungi dua sekawan karib itu, tapi justru langkah Sukarni adalah buah strategi yang memiliki niat terselubung, yakni mensukseskan keinginan Golongan Muda. Apa? Memerdekakan Indonesia dengan segera! Sekali lagi, SEGERA!

Selanjutnya, siasat Sukarni apakah berhasil? Jelas berhasil, cara nakal yang cerdik, tapi sedikit ceroboh tersebut ternyata bisa membuat hati Soekarno bak keju meleleh tanpa sedikitpun mengetahui langkah nakal yang diambil oleh Sukarni. Setelah berjam-jam berada di plosok timur Karawang, diskusi demi diskusi dijalani, komunikasi tiada putus, keringat dingin dan stres tingkat delta sudah sedikit melanda, Pak Soekarno akhirnya luluh dan memutuskan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan dibacakan besok pagi selambat-lambatnya jam 10.00 WIB dengan taruhan nyawa. Sukarni yang berada di dekatnya cengar-cengir, strateginya berhasil, siasatnya sukses tanpa cela. Selanjutnya Sukarni nyeruput kopi hitam sebelum malam tirakatan (16 agustus malam) dimulai. Tetap santai dengan kondisi yang tidak bisa dikatakan santai.

 Setelahnya Soekarno pun memerintah Ahmad Soebardjo dan Hatta untuk bersiap melakukan malam tirakatan dengan agenda persiapan deklarasi, manifesto Indonesia, maklumat dan pembahasan teks Proklamasi. Lagi-lagi, kecerobohan siasat nakal Sukarni berakibat pada pembuatan teks proklamasi yang dibikin secara tergesa-gesa. Jadinya, teks yang panjangnya tidak lebih dari status facebook itu terdapat frase “dan lain-lain...” yang kemudian menjadi warisan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Terus bagaimana sikap Sukarni? “Bodoh amat” begitulah kira-kira kenakalan Sukarni. Yang jelas keesokan harinya keinginan Sukarni tercapai, proklamasi kemerdekaan diproklamirkan tepat pada jam 10.00 WIB tanggal 17 agustus 1945 oleh Soekarno!

Dari peristiwa tersebut, kiranya sifat apalagi yang pantas disematkan untuk Sukarni yang sudah berani menculik Soekarno-Hatta sekaligus membuat kebohongan besar selain predikat “Pemuda Nakal”. Sudah menculik, berbohong pula. Dan gelinya, targetnya adalah para sesepuh proklamator yang menjadi ujung tombak kemerdekaan. Hahahaha lucu dan sangat berani sekali Om Sukarni ini.

Bagaimana? Luar biasa bukan? Tanpa kenakalan Sukarni, mungkin kemerdekaan Indonesia tidak akan kita peringati setiap 17 agustus, bisa jadi tanpa Sukarni, kemerdekaan kita justru mundur menjadi 18 agustus atau 25 agustus atau bahkan bulan depan?

Baik, sudah dua halaman anda membaca. Jeda dulu, sruput kopi-teh anda. Karena saya masih belum ingin menyelesaikan rahasia sejarah yang akan saya bahas sekurang-kurangnya tiga halaman ini. Sudah? Tarik nafas, ayo kita lanjutkan...

            Hadirin yang berbahagia, konon katanya Sukarni Nakal sebab bimbingan pendidiknya. Lololo, siapa pendidiknya? Ki Hajar Dewantara!. Rupa-rupanya Ki Hajar memberikan amaliyah mujarrab bagi siswanya, Sukarni, untuk selalu merapal ritus kejawen yang biasa mereka sebut amaliyah Ngandel, Kendel, Kandel, Bandel. Ritus yang memiliki makna; Ngandel: Yakin percaya diri, Kendel: berani dan patriotik, Kandel: Berilmu pengetahuan, Bandel: Nakal atau arti kerennya mengubah yang biasa menjadi tidak biasa dan memikirkan apa yang luput dipikirkan oleh orang banyak, menjadikan  Sukarni Muda ternyata terdidik dari proses yang begitu panjang. 

            Menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan tinggi (ngandel) perlu dilatih dalam kondisi-kondisi pilihan yang sering mengguncang mental. Setelah kepercayaan/keyakinan terbentuk, butuh keseimbangan dari keberanian (kendel) untuk menghadapi gelombang-gelombang kehidupan yang menghantam tanpa pandang perahu. Jika sudah yakin percaya diri, berani, supaya tidak ngawur, manusia perlulah punya sabuk pengaman yang dinamakan berilmu pengetahuan (kandel) agar tidak tumbang dalam sekali gertak. Baru kemudian waktunya Nakal (bandel) untuk mensiasati suatu keadaan atau permasalahan ke dalam genggaman tangan.

Jadi begitulah kenakalan Sukarni yang nakal bukan sembarang nakal, atau arti nakal yang sampean artikan secara serampangan. Jangan dikira nakal yang sampean-sampean maksud adalah kenalan pragmatis yang menghalalkan segala cara untuk kepuasan diri sendiri dan merugikan orang banyak. Jangan naif. Sukarni perlu belajar untuk siap menjadi nakal dengan sebegitu rumitnya. Maka jadilah nakal yang penuh romantis, nakal yang mau belajar, nakal yang bisa membaca kondisi dengan teliti dan nakal yang dapat merevolusi lini-lini kehidupan menjadi lebih baik. Seperti Sukarni yang sukses menjadi “Dalang Nakal” yang menggenggam, mempermainkan, mengatur atau menciptakan kondisi kericuhan fiktif sebelum kemerdekaan untuk memantik naluriah sang Proklamator Soekarno-Hatta agar lekas memproklamirkan kemerdekaan tepat -dan sesuai keinginan sang Dalang- pada tanggal 17 agustus 1945, tanpa kompromi!!!


Pendaftaran santri baru SMA MAU BP Amanatul Ummah sudah dibuka, segera bergabung bersama kami di gelombang 1. Terus update informasi seputar SMA MAU BP Amanatul Ummah di Facebook, Instagram dan TikTok!


Komentar



PUBLISHED BY

Diki Aziz, S.Hum